
Mengutip dari Antara, hal tersebut
dikatakan Siswono dalam acara Sarasehan Nasional Pusat Studi Pancasila
Seluruh Indonesia di Universitas Pancasila Jakarta, Selasa.
Siswono yang memaparkan Orasi Kebangsaan
dengan tema `Urgensi Mempertinggi Perdaban Politik Indonesia`
menjelaskan tontonan drama di masyarakat ini sangat memprihatinkan
karena tidak terdapat keteladanan yang dapat mendidik masyarakat.
“Begitu banyak hal-hal yang tidak patut
dipertontonkan para petinggi politik yang menjadikan pendidikan yang
buruk dimasyarakat,” katanya.
Calon wakil presiden pada pemilu
presiden 2004 ini mengatakan di era kemudahan informasi saat ini ucapan,
tindakan, prilaku para elit politik memiliki dimensi kependidikan yang
sangat tinggi.
Siswono mencontohkan kasus seperti Ketua
DPR RI Setya Novanto mepertontonkan sandiwara memalukan kepada publik
selama berbulan-bulan, untuk menghindari pemeriksaan KPK dalam kasus KTP
elektronik.
Antara lain dengan mendorong Pansus KPK
lalu serangkaian kebohongan karena sakit dan terakhir berupaya
menghidari pemeriksaan KPK dengan alasan geger otak.
Dikatakannya hasil rapat pleno DPP
Partai Golkar yang menyatakan bahwa Partai Golkar akan tetap
mempertahankan Setya Novanto baik sebagai ketua umum, maupun sebagai
ketua DPR bila putusan praperadilan pada Kamis (30/11) akan memenangkan
Setya Novanto.
“Ini sungguh pendidikan politik yang buruk pada masyarakat,” jelas Siswono.
Menurut Siswono Praperadilan merupakan
proses yang tidak menyentuh materi yang disangkakan kepada Setya Novanto
dalam kasus KTP elektronik. Praperadilan hanya meneliti prosedur
penetapan tersangka apakah sesuai prosedur atau tidak.
Mantan Ketua Umum HKTI ini juga
mengatakan dalam suasana batin rakyat ingin kejelasan tentang kasus KTP
elektronik. Jadi akan sangat baik jika Setya Novanto menarik proses
praperadilan. Dan jika memang yakin tak bersalah dapat membuktikannya
dalam sidang di pengadilan.